Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Unhas Gelar Diskusi dan Bedah Buku “Kemandirian Lokal”, Sebuah Karya Pemikiran Prof. A. Mappadjantji dan Prof. Radi A. Gany

Universitas Hasanuddin menggelar diskusi dan bedah buku yang bertajuk “Kemandirian Lokal: Perspektif Keotonomian Masyarakat” sebuah karya pemikiran dari dua tokoh cendekiawan Prof. A. Mappadjantji Amien dan Prof. Radi A. Gany.

Acara yang merupakan sebuah apresiasi terhadap karya pemikiran dua tokoh ini berlangsung mulai pukul 09.00 Wita di Gedung Ipteks Kampus Tamalanrea, Makassar, Senin (30/01).

Dalam diskusi tersebut, tiga narasumber diundang sebagai pemantik diskusi untuk memberikan pemikiran dan perspektif mereka., yakni Abdul Madjid Sallatu membahas “Pembangunan Pertanian Perspektif Petani sebagai Pelaku Pembangunan”, Prof. Darmawan Salman mengulas “Sains Baru dan Pembangunan Sosietal”, dan Prof. Sukri Tamma membahas “Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Kapasitas Daerah Otonom”.

Mengawali kegiatan, Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., membuka acara dengan penuh apresiasi dan rasa bangga atas dua karya buku yang dihasilkan oleh dua tokoh bersejarah kampus ini. Menurut Prof. JJ, pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam buku tersebut sangat menginspirasinya sebagai seorang pemimpin di kampus.

“Diskusi dan bedah buku ini menjadi wadah untuk menjelajahi gagasan dan konsep yang diusung dalam karya Prof. A. Mappadjantji Amien dan Prof. Radi A. Gany, yang bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai konsep kemandirian lokal dan otonomi masyarakat dalam konteks perkembangan sosial dan ekonomi. Menurut saya, buku ini menjadi inspirasi bagi sivitas akademika. Melalui perspektif sains baru, kita bisa lebih berkontribusi terhadap isu-isu yang saat ini sedang berkembang,” jelas Prof. JJ.

Dalam diskusi awal, Abdul Madjid Sallatu dalam pengantarnya menyampaikan bahwa sosok Prof. Radi A. Gany sebagai akademisi yang ahli pertanian, tentu saja dengan cepat memaknai perasaan Masyarakat itu sebagai perasaan petani.

“Unsur petani, cenderung dianggap unsur given dalam Pembangunan pertanian. Padahal sejatinya bukan hal sederhana dan atau biasa diselepelekan. Petani hidup dan beraktivitas di kesekitaran tatanan kehidupannya, yang sangat bersifat lokalistik, justru patut mendapatkan perhatian pertama dan utama,” jelas Abdul Madjid Sallatu.

Dalam ulasan mengenai Sains Baru dan Pembangunan Sosietal, Prof. Darmawan Salman menuturkan bahwa sebagai produk sains, pendasaran kebenaran atas pembangnan menurut Prof. A. Mappadjantji Amien dan Prof. Radi A. Gany berada pada titik bifurkasi, sebuah titik perjalanan yang membawanya pada persimpangan.

Sains modern (modern science) yang selama ini menjadi pendasaraan paradigmatic Pembangunan telah mengalami anomali, bahkan telah mengalami krisis. Untuk mengatasi krisis tersebut, terdapat dua alternatif,, yakni melakukan loncatan akumulatif teori/konsep dengan tetap bertahan pada sains modern, atau melakukan revolusi paradigma. Alternatif pertama menghadiran paradigma digitalisme – informatisme yang merupakan loncatan dari paradigma sains modern, dan alternatif kedua menghadirkan paradigma holism-dialogisem yang merupakan hasil dari sebuah revolusi paradigma.

“Pencarian Pembangunan yang dilakukan kedua tokoh ini sebenarnuya hanyalah satu dari berbagai Upaya yang dilakukanya terkait sains baru. Dalam bukunya, konsepsi pembelajaran, Rtinya, berbagai agenda menunggu untuk dipahami dana dianalisis dengan berbasis sains baru. Bagi kita di Unhas agend aakademik yang mendesak terletak pada tantangan untuk mengeaborasi sains baru sebagai epistemologik,” jelas , Prof. Darmawan.

Pada sesi pembahasan tentang “Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Kapasitas Daerah Otonom” oleh Prof. Sukri Tamma, menjelaskan bahwa pada dasarnya Indonesia telah menhanut model otonomi daerah sejak awal kemerdekaan. Dilihat dari Upaya para pendiri bangsa dalam memikirkan semangat desentralisasi yang diyakini sebagai salah satu cara untuk membangun pemeritahan yang efektif, mengembangkan pemerintahan yang demokratis, menghargai keberagaman lokal.

Kemandirian tidak dipandang sebagai antitesisi dari kesatuan bangsa. Pemerintah pusat sebagai fasilitator untuk mengakomodasi berbagai perbedaan obyektif tersebut. Pentingnya mencermati arti penting pemerintah daerah dan kemandirian masyaralat daerah secara lebih komprehensif dengan metode baru yang dapat dilakukan melalui pergeseran paradigma dalam memandang pentingnya cara pandang yang lebih mampu mengedepankan keinginan manusia yang beragam dan kompleks.

“Hal ini mendorong pentingnya sains baru dalam menjawab permasalahan yang ada terkait entitas pemerintahan daerah dan penghormatan pada kemandirian lokal. Sains baru membuka ruang bagi temuan-temuan baru yang dapat diharapkan untuk menghadirkan dimensi baru dalam memperkaya pemaknaan kita terhadap dinamika kehidupan dalam Masyarakat,” jelas Prof. Prof. Sukri Tamma.

Dalam kesempatan ini, para peserta yang merupakan mahasiswa Unhas aktif memberikan pertanyaan seputar buku karya Prof. A. Mappadjantji Amien “Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan Organisasi dan Pendidikan Perspektif Sains Baru” dan karya Prof. Radi A. Gany yang berjudul “Menyongsong Abad Baru dengan Pendekatan Pembangunan Berbasis Kemandirian Lokal”. (*/dhs)

Editor : Ahmad

Unhas Gelar Diskusi dan Bedah Buku "Kemandirian Lokal", Sebuah Karya Pemikiran Prof. A. Mappadjantji dan Prof. Radi A. Gany
Unhas Gelar Diskusi dan Bedah Buku "Kemandirian Lokal", Sebuah Karya Pemikiran Prof. A. Mappadjantji dan Prof. Radi A. Gany

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia

Skip to content