Universitas Hasanuddin kerja sama The Australia Indonesia Center (AIC) menyelenggarakan symposium internasional bertajuk “International Mini Symposium Unhas-PAIR AIC 2022”. Kegiatan berlangsung mulai pukul 09.00 Wita di Aula Prof. Fachruddin, Sekolah Pascasarjana, Kampus Tamalanrea, Makassar, dan terhubung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Rabu (07/12).
Hadir sebagai narasumber yakni Associate Professor Wolfram Dressler (University of Melbourne), Dr. Hoi Minh Chu (University of Western, Australia), Dr. Syamsul Pasaribu (Institut Pertanian Bogor, Indonesia) dan Prof. Muhammad Isran Ramli (Universitas Hasanuddin, Indonesia).
Mengawali kegiatan, Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas Prof. dr. Budu, M.Med.Ed., Sp.M (K)., Ph.D., menyampaikan kegiatan ini merupakan rangkaian dari PAIR Policy Forum 2022. Prof Budu mengatakan, symposium ini menjadi salah satu sarana pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Indonesia dan Australia dalam berbagai sector di Kawasan Sulawesi Selatan.
Lebih lanjut, Prof. Budu mengatakan kolaborasi Unhas dan AIC melalui Program PAIR menjadi sarana para peneliti untuk berkontribusi membantu permasalahan masyarakat melalui rekomendasi kepada para stakehoulder berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan. Dirinya berharap, para peserta bisa mengikuti kegiatan dengan baik.
Kegiatan resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, S.T., M.Phil. Dalam sambutannya, Prof. Adi memberikan apresiasi atas terselenggaranya mini symposium internasional tersebut. Dirinya mengatakan, program PAIR yang merupakan langkah nyata kolaborasi Unhas dan AIC memberikan dampak besar terhadap pemerintah Sulsel karena mempunyai tiga misi besar salah satunya sebagai penghubung pemerintaha dan para peneliti.
Prof. Adi mengatakan, Unhas terus berupaya menjangkau kolaborasi dengan berbagai pihak. Upaya berkelanjutan terus ditingkatkan. Komitmen Unhas sebagai perguruang tinggi juga ditunjukkan dalam mendukung SDGs, hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang diterima Unhas sebagai kampus yang secara aktif melakukan berbagai program berkelanjutan untuk pencapaian 17 tujuan utama SDGs.
“Melalui symposium seperti ini, kita bisa mendapatkan informasi dan pengalaman baru dari para peneliti berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan. Kolaborasi Unhas dan AIC melalui program PAIR memberikan manfaat sangat besar dalam berbagai sector di Sulawesi Selatan. Diharapkan, para peserta bisa mengikuti kegiatan secara baik untuk pengembangan kapasitas yang dimiliki,” jelas Prof. Adi.
Setelah pembukaan secara resmi, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi para narasumber. Materi awal disampaikan oleh Prof. Wolfram Dressler berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan tentang “Understanding the Livelihoods and Aspirations of Young People in the Context of Agrarian Ahange and Development in Maros District, South Sulawesi”. Prof. Wolfram menjelaskan secara umum mengenai penelitian yang dilakukan di Kabupaten Maros.
Kabupaten Maros memiliki potensi kaum muda yang besar dan berkembang dengan sangat cepat. Hal ini juga didukung dengan pola penggunaan lahan yang berubah, tingkat urbanisasi yang meningkat, pertambangan hingga pembangunan infrastruktur.
Prof. Wolfram mengatakan kaum muda di daerah tersebut memiliki mobilitas tinggi dengan mata pencaharian bersifat multi local. Mobilitas memungkinkan kaum muda untuk mengatasi kerentanan. Akan tetapi, juga memperkenalkan mereka akan bentuk-bentuk kerentanan yang baru.
Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung lancar hingga pukul 12.00 Wita. Para peserta dalam kegiatan tersebut aktif memberikan pertanyaan kepada para narasumber. Kegiatan yang dipandu oleh Dr. Sudirman Nasir (Dosen Universitas Hasanuddin) selaku moderator diikuti kurang lebih 100 peserta. (*/mir)
Editor : Supratman