Universitas Hasanuddin siap menjadi pusat unggulan rumput laut di Indonesia. Hal ini disebabkan, komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan juga ikut mendorong peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat.
‘’Sekarang, seberapa jauh Konsorsium Rumput Laut mampu mendukung pengembangan komoditas ini,’’ kata Rektor Unhas Prof.Dr.Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. dalam rapat dengan Konsorsium Rumput Laut di Unhas, Jumat (17/2).
Rapat tersebut juga dihadiri para pendiri Konsorsium Rumput Laut yang terdiri atas Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas, Balitbangda Sulsel, Balitbang Air Payau Maros dan Takalar, Politeknik Pertanian (Politani) Pangkep, dan Puslitbang Pulau-Pulau Kecil dan Pesisir, Polteknik.
Menurut Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu, kita harus mengatasi kendala yang dihadapi dan pihak Unhas siap memperkuat upaya ini. Misalnya di Takalar perlu kita ada laboratorium lapangan dan itu bisa link (terhubung) dengan kampus melibatkan beberapa pakar untuk melahirkan produk inovasi rumput laut.
‘’Kita belum berbicara mengenai Science Technology Park (STP) dan Konsorsium bisa menawarkan summer program kepada mahasiswa asing untuk belajar beberapa bulan di Unhas,’’ tawar Dwia.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan lintas disiplin, misalnya Fakultas Kedokteran Gigi dengan produk pasta gigi dan cetakan gigi, Fakultas Ekonomi dan sebagainya. Dwia memberikan contoh ketika mengunjungi Taiwan, dibawa ke suatu wilayah, tersedia lab dan laptop. Di situlah mereka (tim Taiwan) menjelaskan jenis pengelolaan komoditas yang mereka lakukan.
Di Sulsel kita bisa lakukan itu dengan menyediakan lahan separuh untuk lab dan separuhnya lagi untuk hatchery misalnya. Jika ini sudah tersedia, kita dapat mendatangkan guru besar dari luar negeri untuk pengembangan produk dan bagi kepentingan publikasi.
‘’Dengan demikian Sulsel benar-benar dapat menjadi pusat unggulan rumput laut,’’ ujar Dwia.
Prof.Dr.Ir.Ambo Tuwo DEA, yang dipercayakan sebagai Pelaksana Tugas Ketua Konsorsium sejak akhir 2015 mengatakan, tugas konsorsium di antaranya penguatan kelembagaan, penelitian pengembangan dan pemanfaatan, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan jaringan dan kerja sama, dan diseminasi dan pemanfaatan hasil-hasil riset.
Saat ini di Indonesia terdapat 68 pusat unggulan novasi (PUI), 48 di antaranya pusat unggulan inovasi riset dan 20 pusat unggulan inovasi sains (65%) dan produk (34%). Tiap pusat unggulan inovasi terdiri atas 9 komponen.
Menurut Ambo Tuwo, STP merupakan rahimnya pusat unggulan dan dapat melahirkan perusahaan baru berbasis iptek. Ini akan dievaluasi setiap tahun. Aktivitasnya adalah membuat produk dari hulu ke hilir. Jadi, harus ada produk. Sulsel mampu memosisikan diri sebagai daerah produsen, karena mengekspor separuh produksi rumput laut di Indonesia.
‘’Hanya saja selama ini, kita menjadi pintu masuk produksi rumput laut di Kawasan Timur Indonesia. Rumput laut juga merupakan komoditas yang spesifik, karena memiliki siklus periode tertentu terserang hama. Ini harus diantisipasi,’’ ujar Guru Besar Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas tersebut.
Ambo Tuwo mengharapkan, ke depan tim disiplin Unhas dapat berperan dalam pengembangan produk rumput laut ini. Misalnya, Farmasi dapat menganalisis komponen farmakologis produk.
‘’Begitu juga harus ada unit khusus yang menangani masalah pengemasan,’’ pungkas Ambo Tuwo. (*).