Universitas Hasanuddin menggelar Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan Profesor bidang Kesusastraan Departemen Sastra Inggris dan Bidang Ekonomi Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Fakultas Pertanian. Rapat berlangsung mulai pukul 09.00 Wita secara luring terbatas dengan penerapan protokol pencegahan Covid-19 di Ruang Senat Akademik Unhas, Kampus Tamalanrea, serta disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Senat Akademik Unhas, Kamis (23/12).
Proses pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, serta keluarga besar dari dua profesor yang dikukuhkan.
Adapun dua profesor baru yang dikukuhkan adalah:
1. Prof. Dr. Fathu Rahman, M.Hum. Profesor dalam bidang Kesusastraan, Departemen Sastra Inggris, yang dikukuhkan sebagai guru besar ke- 435.
2. Prof. Ir. Muhammad Arsyad, SP., M.Si., Ph.D. Profesor dalam bidang Ekonomi Pertanian dan Pengembangan Pedesaan, Fakultas Pertanian yang dikukuhkan sebagai guru besar ke-436.
Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada dua dosen yang telah menyelesaikan tanggung jawab ilmiahnya sebagai guru besar melalui pengukuhan hari ini. Dengan demikian, Unhas telah mencapai jumlah target penambahan Profesor guna mendukung peningkatan kualitas mutu pendidikan.
“Dengan mengikuti prosesi ini, kita dapat mengetahui secara mendalam seperti apa keilmuan dan kepakaran yang dimiliki oleh masing-masing profesor. Tahun ini Unhas mampu mencapai target 25 orang guru besar. Tentu menjadi suatu kesyukuran bagi Unhas karena merupakan hasil dari kerja keras bersama, utamanya dalam memberikan fasilitas untuk memenuhi persyaratan akademik,” jelas Prof. Dwia.
Pada kesempatan tersebut, masing-masing profesor yang dikukuhkan menyampaikan pidato penerimaannya.
Prof. Dr. Fathu Rahman, M.Hum
Prof. Dr. Fathu Rahman, M.Hum., menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Fungsi dulce et utile Sastra dalam Pemertahanan Karakter Bangsa”. Pemertahanan karakter dapat dipahami sebagai upaya serius untuk menjaga tatanan budaya yang ada dan terkhusus yang mengandung unsur-unsur keteladanan dengan tidak membiarkan praktik-praktik perilaku yang melawan norma, susila, dan kebiasaan umum.
“Strategi pemertahanan karakter dilakukan dengan cara mempertegas kembali nilai-nilai perilaku dan praktik budaya yang diwariskan secara turun-temurun, dan pada gilirannya kita berupaya merumuskan kepatutan baru sejalan dengan tantangan kehidupan yang dinamis,” jelas Prof. Fathu.
Lebih lanjut, Prof. Fathu menjelaskan bahwa pembentukan karakter setidaknya diadaptasi dari frasa chracter building dalam bahas Inggris atau “ade pangampe” dalam bahasa Bugis. Menurutnya, jika asumsi tersebut benar, maka perbedaannya mungkin terletak pada tata cara penyampaiannya. Character building dapat dicapai melalui rekayasa pendidikan, sedangkan ade pangampe harus bermula dari pendidikan dalam rumah tangga.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa Sastra memiliki hubungan dengan pembentukan nilai dan sikap kebangsaan. Lihat saja dalam sejarah sastra dan seni, pada umumnya memperoleh posisi strategis dan penting dalam pembentukan karakter bangsa,” jelas Prof. Fathu.
Prof. Fathu menuturkan bahwa jika karya sastra diyakini memiliki fungsi dulce et utile (nikmat dan bermanfaat), maka sudah sepantasnya karya sastra dapat dikukuhkan sebagai salah satu pilar untuk membangun karaktek bangsa.
Pada gilirannya fungsi dulce et utile terejawantah dalam muatan sastra, dan inilah yang harus dipenuhi sebagai karya yang mempunyai nilai tinggi bermuatan tatanan sosial dan relevansinya dalam kehiduoan bermasyarakat, yakni muatan estetis, etis dan logis.
Prof. Ir. Muhammad Arsyad, SP., M.Si., Ph.D.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Ir. Muhammad Arsyad, SP., M.Si., Ph.D., menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Reposisi Ekonomi Pertanian untuk Reduksi Kemiskinan dan Pembangunan Perdesaan: Apakah Masih Pionir di Era Digital?”
Sejumlah paper mencatatkan Indonesia memiliki sejarah sukses dalam memelihara pertumbuhan ekonomi selama tiga dekade proses pembangunan yakni pada tahun 1966-1996. Pertumbuhan ekonomi berada pada level rata-rata 7% per tahun, reduksi kemiskinan dari sekitar 40% di tahun 1976 menjadi 17% di tahun 1996.
Di samping prestasi dalam pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga mampu menurunkan kemiskinan 40,1% di tahun 1976 dan menurun menjadi 17,6% di tahun 1996, meskipun kembali mengalami peningkatan tahun 1997 (persis ketika krisis ekonomi).
Prof. Arsyad menjelaskan bahwa disrupsi digital sudah benar-benar tiba dan merambah ke seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali sektor pertanian atau pedesaan. Karena itu persoalan pembangunan pedesaan akan semakin kompleks dan volumenya makin bertambah akibat digitalisasi.
Setidaknya ada lima determinan pokok yang berpotensi mempengaruhi indikator pembangunan pertanian/perdesaan, sekaligus dapat diharapkan membantu percepatan pembangunan perdesaan Indonesia, yaitu:
1. Sumber daya manusia petani, Aktivitas Non-Pertanian dan Petani Milenial-Inovatif,
2. Konflik sumber daya lahan dan teknologi pertanian,
3. Akses terhadap fasilitas sosial,
4. Akses informasi dan digitalisasi global pertanian,
5. Kelembagaan dan Aktivitas Ekonomi Pertanian/Perdesaan.
“Hasil survei menunjukkan bahwa petani dalam rumah tangga tani yang memiliki kepala keluarga berpendidikan SD dan SMP ke bawah memiliki kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang berada di bawah standar kesejahteraan, dibandingkan dengan petani yang memiliki pendidikan SMA dan Diploma yang memiliki alternatif sumber pendapatan di luar pertanian karena mereka dengan cepat mengadopsi inovasi lainnya,” jelas Pof. Arsyad.
Dimensi lain yang diyakini akan mampu membantu pembangunan perdesaan adalah akses informasi dan prasarana digitalisasi pertanian. Upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian saat ini adalah membuat sistem informasi pertanian yang diharapkan lebih aksesibel bagi semua pihak yang membutuhkan.
Rapat Paripurna dalam rangka Pengukuhan Guru Besar bidang Kesusastraan Departemen Sastra Inggris dan bidang Ekonomi Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Fakultas Pertanian Unhas berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 12.00 Wita. (*/dhs).
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR