Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama program Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR) menyelenggarakan Roundtable Meeting yang menghadirkan sejumlah peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), hingga pemangku kepentingan di Ruang Rapat A Lantai 4 Rektorat Unhas, Selasa (7/10).
Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, S.T., M.Phil., Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas, menegaskan bahwa program PAIR menjadi wujud nyata dari konsep kampus berdampak di mana perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan riset, tetapi juga memastikan hasilnya berdampak bagi masyarakat melalui pembangunan sains dan teknologi.
“PAIR menjadi manifestasi Unhas untuk mengambil peran, berkontribusi bersama pemerintah daerah, dunia usaha, dunia industri, serta dunia kerja agar memberikan manfaat yang lebih luas melalui sektor pendidikan dan sains,” jelas Prof. Adi.
Program PAIR sendiri mempertemukan peneliti Indonesia dan Australia untuk menghasilkan penelitian kolaboratif yang tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga aplikatif dan mendukung kebijakan. Dr. Eugene Sebastian, Direktur Program PAIR The Australia-Indonesia Centre, menegaskan bahwa fokus riset yang dijalankan diarahkan pada isu perubahan iklim dan masyarakat pesisir di Sulawesi.
“PAIR bukan sekadar apa dan bagaimana meneliti, melainkan bagaimana hasil riset tersebut bisa praktikal dan mendukung kebijakan publik,” sebut Eugene.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. M. Ilyas, menambahkan bahwa inovasi riset sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana diharapkan Presiden.
“Inovasi teknologi harus didorong, namun yang tidak kalah penting adalah bagaimana hasil riset ini dihilirisasikan kepada masyarakat, khususnya sektor kelautan dan perikanan,” ujar Alumni Unhas itu.
Sementara itu, Konsul Jenderal Australia di Makassar, Tood Dias, menilai bahwa kehadiran PAIR memiliki arti penting untuk memberikan dampak secara lokal ke masyarakat.
“Kesejahteraan masyarakat menjadi hal utama, dan penelitian ini bisa menjadi ruang bermitra untuk menghadirkan solusi serta rekomendasi kebijakan yang nyata,” harap Tood Dias.
Selanjutnya, para peneliti penerima hibah PAIR memaparkan program riset mereka, yang kemudian ditindaklanjuti dengan sesi diskusi yang menghasilkan sejumlah masukan konstruktif untuk penguatan riset dan penerapannya di masyarakat.
Dengan demikian, PAIR diharapkan tidak berhenti pada tataran wacana, melainkan diterjemahkan menjadi kebijakan maupun program yang memberi manfaat luas dan dampak berkelanjutan bagi pembangunan daerah. (*aya)
Editor : Ishaq Rahman


