Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Alumni Psikologi Unhas Pendiri Komunitas Satu Atap, Lentera Bagi Anak Disabilitas

Andi Aisyah Alqumairah, Mahasiswa Berprestasi peringkat III Universitas Hasanuddin tahun 2018 berperan aktif menyuarakan anti diskriminasi bagi penyandang disabilitas. Kepedulian Aisyah yang juga alumni program studi Psikologi, Fakultas Kedokteran angkatan 2015 tersebut diwujudkan melalui Komunitas Satu Atap.

Aisyah mendirikan komunitas ini bersama rekannya yang kala itu tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Komunitas bidang pendidikan ini bertujuan menghapuskan diskriminasi, terutama kepada anak-anak penyandang disabilitas. Mereka diajak ke Sekolah Dasar (SD) anak-anak normal, dan sebaliknya.

Pada kesempatan wawancara, Senin (02/08) Aisyah menjelaskan kehadiran komunitas tersebut merupakan bagian dari pengalaman dan pengamatan pribadinya. Ternyata masih banyak masyarakat yang belum menghargai keberadaan atau merasa asing dengan kalangan disabilitas. Sehingga, muncul kecenderungan berperilaku kurang baik atau tidak terbuka kepada para disabilitas.

“Waktu itu saya dan rekan-rekan berpikir bahwa kita butuh gerakan yang lebih massif untuk menyuarakan anti diskriminasi terhadap kalangan disabilitas. Komunitas ini kemudian hadir dengan kurang lebih 250 relawan dan 300-an peserta didik yang tersebar di beberapa cabang,” jelas Aisyah.

Awalnya, komunitas ini menyasar pada kalangan siswa Sekolah Dasar (SD) yang memiliki kebutuhan khusus. Namun, seiring waktu komunitas tersebut melebarkan sayap untuk beberapa segmentasi usia pada masyarakt lain. Untuk usia dewasa, kegiatannya adalah pelatihan, sosialisasi dan gedukasi.

Sebagai komunitas yang bergerak dalam bidang kemanusian, visi Komunitas Satu Atap adalah menjadi penggerak dan inisator gerakan anti diskriminasi dan mendukung pengembangan kalangan disabilitas. Dengan basis humanity, komunitas ini tetap eksis mempertahankan keberadaanya meskipun dengan sumber daya dan keuangan terbatas.

“Kami berharap Komunitas Satu Atap bisa semakin melebarkan sayap ke daerah lain. Kami percaya bahwa isu disabilitas sangat sensitif, mungkin banyak kasus yang belum diketahui oleh kalangan generasi muda. Kita bisa meningkatkan kepekaan sosial dan rasa empati terhadap sesama. Mungkin masih banyak isu lainnya yang bisa menjadi perhatian dan membutuhkan peran serta generasi muda,” tambah Aisyah.

Komunitas Satu Atap hadir pada 21 Maret 2017 lalu. Hingga kini, komunitas ini tetap eksis dengan melibatkan banyak relawan. Komunitas Satu Atap saat ini bekerja sama dengan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) yang menaungi sekolah-sekolah luar biasa. Selain itu, juga berkolaborasi dengan beberapa elemen lainnya, seperti Komunitas Kata Dia, Komunitas Tuna Rungu dan Himpunan Mahasiswa Psikologi. (*/mir)

Editor : Ishaq Rahman, AMIPR

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia English

Skip to content