Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Fakultas Kehutanan Unhas Gelar kuliah Umum oleh Narasumber Australia

Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “On Line Bird Series – 2” dengan topik “How Do We Plan for Species Conservation Considering Climate Change? A Case Study of Cockatoos”.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr. April Reside (Lecture in Wildlife Science, School of Agricalture & Food Sciences, The University of Queensland) yang berlangsung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, mulai pukul 11.00 Wita Kamis (30/6).

Dr. April Reside adalah seorang ahli biologi dan peneliti yang fokus pada ekologi dan hewan, dampak dan adaptasi perubahan iklim, perlindungan, pengelolaan lingkungan, perencanaan konservasi, dan spesies yang terancam.

Dalam penelitiannya mengembangkan metode untuk pemodelan distribusi spesies dinamis yang dapat menggabungkan data besar dan ratusan spesies pada resolusi yang baik. Model distribusi spesies dinamis memperhitungkan respons spesies terhadap fluktuasi cuaca dan kondisi iklim jangka pendek daripada rata-rata iklim jangka panjang.

Pada kesempatan ini, Dr. April Reside menjelaskan beberapa poin penting terkait konservasi atau upaya perlindungan terhadap spesies dengan menerapkan strategi adaptasi perubahan iklim, yakni salah satunya perlindungan pada jenis burung Kakatua Gang-Gang (Callocephalon fimbriatum) dan Kakatua hitam berkilap (Calyptorhynchus lathami).

“Kedua jenis burung Kakatua ini terdaftar sebagai spesies yang terancam di bawah undang-undang Queensland dan New South Wales,” kata Dr. April.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa University of Queensland, didukung oleh Australian Capital Territory (ACT) Government telah mengembangkan rencana manajemen yang menyediakan rekomendasi manajemen rinci untuk konservasi Kakatua terhadap skenario perubahan iklim dalam menentukan masa depan habitat atau spesies untuk memiliki periode yang lebih lama. Hal tersebut sebagai upaya tindakan prioritas yang diperlukan untuk memperbaiki ancaman tersebut.

ACT bergabung dengan banyak kota, negara bagian, dan teritori lain di seluruh dunia dalam mendeklarasikan keadaan darurat iklim, mengakui perlunya tindakan segera di semua pihak, tingkat pemerintahan. Demi mengamankan masa depan dan untuk semua spesies dan generasi mendatang.

Setelah pemaparan materi, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang diikuti kurang lebih 100 peserta yang dipandu oleh Dr. Risma Illa Maulany, S.Hut., M.NatRest., (Wakil Dekan Bidang Akademik, Riset dan Inovasi) sebagai moderator. (*/dhs).

Editor : Ishaq Rahman, AMIPR

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia English

Skip to content