Selamat Dies Ke-37 Fakultas Kedokteran Gigi Unhas: Mengarusutamakan Konektivitas, Penggerak Utama Unhas Humaniversity

Konektivitas, suatu kata benda bermakna tunggal, tiada lain adalah keterhubungan dan sejenisnya. Di ranah akademik istilah ini sudah lama menjadi bahan diskusi dan perdebatan, bahkan banyak proses ilmiah berujung publikasi maupun teori lahir dari berbagai perspektif keilmuan. Tentu saja itu adalah sah dan sifatnya biasa saja atau bukan sesuatu yang mengherankan terjadi di ruang kelas maupun ruang belajar lainnya. Dari sekedar melempar hipotesis hingga kemudian berwujud dalam bentuk tesis maupun ikutannya dengan memunculkan antitesis sehingga siklus ini menjadi rutinitas adalah jamak di dunia kampus. Begitu pula “siapa aktor/aktris?” nya, tidak mengenal umur maupun status, semuanya akan fasih bicara perlunya melaksanakan maksud dari kata ini.

Makna konektivitas kini merambah jauh ke akar rumput. Tak lagi hanya dikuasai sekelompok orang cerdik cendikia tapi menjadi konsumsi publik awam yang luas. Apatah lagi jika kita bicara koneksivitas antara ruang dan waktu. Dalam kamus sejarah, waktu adalah saksi nyata kisah perjalanan hidup dan kehidupan manusia. Memori masa lampau yang tertinggal dalam kenangan, menjalankan kehidupan nyata saat ini serta memandang indah masa depan yang menantang adalah rangkaian sejarah yang mempunyai arti tersendiri di setiap periodenya. Koneksi antara yang lampau, kini dan masa yang akan muncul kemudian tentunya punya ruang kejadian.

Ruang menjamin adanya interaksi. Fitrah manusia pada dasarnya membutuhkan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah media utama dan penting untuk melakukan aktivitas sosial. Menjadi kunci kehidupan sosial dengan hubungan-hubungan sosial yang selalu dinamis. Menerabas sekat antar individu maupun tirai pembatas antar kelompok adalah fakta sahih bagaimana manusia dan kehidupan lainnya membutuhkan konektivitas. Tak bisa dinafikan bahwa apa yang kita capai, nikmati, bagikan dan pamerkan saat ini tanpa ruang dan waktu sebelumnya tak bisa jauh dari apa yang kita lakukan, korbankan, tabungkan dan usahakan di suatu masa yang telah berlalu.

Bicara revolusi industri 4.0 pun tak mungkin menghilangkan jejak arti pentingnya sebuah konektivitas. Malah menemukan medium baru yang justru makin melejitkan peran dan fungsinya secara gamblang. Konektivitas menjadi sesuatu yang tak terpisahkan di era yang menyerahkan nasibnya pada kemajuan teknologi informasi ini. Dari internet of things, artificial intelligence, human machine interface, robotic and sensor, hingga 3D printing sebagai lima teknologi utama penopang industri yang secara mudah dan massif dapat dipelajari oleh setiap masyarakat awam melalui panduan kamus terbesar dunia yaitu google maupun kawan-kawannya. Konektivitas terintegrasi adalah muara pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.

Dunia kesehatan tentu saja tak bisa terlepas dari gegap gempitanya mainan generasi milenial ini. Sebut saja, dunia kedokteran gigi. Konsil Kedokteran Indonesia melansir data per 26 April 2019, bahwa hanya ada 32.172 dokter gigi dan 3.942 dokter gigi spesialis yang terdaftar. Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menyebutkan dari 57,6 persen penduduk Indonesia yang menghadapi problem pada gigi dan mulutnya hanya 10,2 persen yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis. Masalah terbesarnya adalah selain jumlah yang masih belum mencukupi, juga sebaran yang tidak merata. Disinilah konektivitas mengalami ujian dan memperoleh ruang dan waktu untuk lebih memperlihatkan kontribusinya pada negara kesatuan yang kita cintai ini.

Membangun konektivitas sejatinya tugas bersama. Tapi sebagai pilar utama kemajuan bangsa, perguruan tinggi tetap menjadi tumpuan masyarakat dalam mendorong capaian itu. Optimisme itu akan makin mendekati kenyataan jika ada sinergi dengan lembaga publik maupun instansi swasta. Kali ini, saya mengajak untuk lebih mengenal lebih dekat dengan salah satu unit kerja di Unhas yang punya tanggung jawab sangat besar mewujudkan konektivitas sebagai jawaban atas masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu Fakultas Kedokteran Gigi.

Cikal bakal Fakultas Kedokteran Gigi Unhas yang sering disingkat FKG Unhas bermula dari hasil kerjasama antara TNI Angkatan Laut dan Unhas. TNI AL memang dikenal sejak dulu sebagai institusi yang sangat konsen pada kesehatan gigi dan mulut. Kita dengan mudah dapat menemukan lembaga kedokteran gigi yang payungnya ada di TNI AL. Ini sejak awal menjadi penanda bahwa Konektivitas adalah rahim bagi FKG Unhas yang selanjutnya mentas melintasi ruang dan waktunya.

23 Januari 1969 adalah catatan awal sejarah FKG Unhas. Institut Kedokteran Gigi (IKG) Yos Sudarso didirikan oleh TNI AL dan Unhas. Perjanjian kerjasama diteken oleh Panglima Komando Daerah Maritim VIII, Komodor Marwidji dan Rektor Unhas Letkol Dr. Muh. Natsir Said, S.H. Nama yang harus disebut dan harusnya menjadi pengingat generasi mendatang bahwa perintis pekerjaan berat nan mulia itu adalah hasil kerja keras dari Laksamana Mursalim Dg. Mamanggun, S.H., Letkol Dr. M. Natsir Said, S.H. serta Drg. Halima Dg. Sikati

Menempati gedung tua bekas perusahaan rotan di Jalan Satando Makassar merupakan saksi bagaimana konektivitas dua institusi ini disemai. Tentu saja keterlibatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan saat itu melalui Dinas Kesehatan Gigi tak bisa dinafikan kontribusinya. Hingga kemudian di tahun 1974 melahirkan 6 orang dokter gigi baru yang menjadi alumni pertama konektivitas itu. Kesuksesan itu menjadi bukti hasil didikan IKG Yos Sudarso ALRI-Unhas.

Tapak sejarah melenggang menyesuaikan zaman. Melalui SK Rektor Universitas Hasanuddin dan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Juli 1970, IKG Yos Sudarso dilebur menjadi Departemen Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Unhas. Pada 8 Juni 1974 kembali ditandatangani perjanjian kerjasama antara Unhas dan TNI AL terkait penyesuaian itu. Selanjutnya, Departemen Kedokteran Gigi mengalami perubahan nomenklatur menjadi Jurusan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Unhas. Di sisi lainnya, IKG Yos Sudarso pun mengalami proses yang hampir sama dalam perubahan organisasi, hingga kemudian kita kenal lebih familiar dengan nama Lembaga Kedokteran Gigi (Ladokgi) Yos Sudarso. Fitrahnya sebagai anak kembar, konektivitas antara FKG Unhas dan Ladokgi Yos Sudarso tetap terjalin mesra dan saling membutuhkan setidaknya yang kita saksikan hingga detik ini.

Milestone FKG Unhas membuat catatan baru. Di tahun 1983, Jurusan Kedokteran Gigi FK Unhas dimekarkan menjadi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Tepatnya 22 Februari 1983, resmi berdiri sebagai fakultas yang mandiri. FKG merupakan fakultas kesembilan di Universitas Hasanuddin.

FKG kini dan dulu pastinya jauh berbeda. Saat ini mengasuh 3 program yaitu: Pendidikan Dokter Gigi, Pendidikan Profesi Dokter Gigi, Pendidikan Dokter Gigi Spesialis. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis sendiri telah memiliki 5 kekhususan prodi spesialis (prostodonsia, periodonsia, konservasi gigi, bedah mulut dan maksilofasial serta ortodonti). Sedang dalam proses pembukaan beberapa PPDGS lainnya termasuk kedokteran gigi anak dan ilmu penyakit mulut. Selain itu FKG akan segera membina program magister ilmu kedokteran gigi.

Bicara akreditasi prodi, FKG adalah salah satu referensi untuk memperbaiki proses dengan tidak melupakan kualitas. Lewat usaha yang tidak ringan, capaian akreditasi nasional dari LAMPT-Kes terus membaik. Prodi S1 dan PPDGS Prostodonsia terakreditasi “A” LAMPT-Kes. Selebihnya karena masih prodi baru sehingga masih mempersiapkan diri untuk menggapai status unggul. Di level internasional, Prodi S1 Pendidikan Dokter Gigi telah mendapatkan pengakuan akreditasi internasionalnya lewat AUN-QA. Capaian dan kebanggaan yang tidak mudah diraih dalam waktu pendek dan membutuhkan konsistensi tindakan yang tak ringan.

Fakultas ini punya kualitas SDM yang mumpuni. Diasuh 72 dosen tetap aktif yang terbagi pada 11 departemen. Sekira 52,8 % diantaranya bergelar Doktor tamatan dalam dan luar negeri. Memiliki 19 professor aktif dengan keahlian yang beragam dengan prosentasi yang termasuk tinggi di Unhas. Modal yang terbilang sangat besar untuk menghasilkan tenaga dokter gigi andalan.

Capaian prestisius yang dicapai FKG setahun terakhir ini juga perlu dicatat. Menelorkan 5 guru besar dalam setahun dan merupakan tertinggi di Unhas bersama FEB. Selain itu konektivitas dengan institusi lain dibangun dengan sangat apik dan beriorientasi masa depan. Jalinan kerjasamanya melintasi benua, sebut diantaranya Belanda, Jepang, Taiwan, Korea hingga Malaysia. Maka tak heran jika memiliki dosen asing (salah satu terbanyak) di Unhas saat ini (bersama FK dan FT). Ruang Molar di Kampus Tamalanrea dan Aula drg. Halimah Dg. Sikati di RSGM selalu ramai dengan aktivitas ‘guest lecture’ dari luar negeri. Belum kalo kita bicara kerjasama dalam negeri. Ramai diberagam media bagaimana FKG bekerja dan mendukung Unhas Humaniversity lewat kerja sosialnya.

Karya luar biasa dan kinerja istimewa itu adalah kerja kolektif persembahan sivitas akademika FKG, dan pastinya tidak lepas dari komando Sang Dekan, drg. Muh. Ruslin, PhD., Sp. BM(K). Tipikal manusia yang tak bisa diam di meja ini, dokter gigi bedah mulut yang selalu semangat bekerja sehingga nyaris jarang istirahat. Dekan yang masih tergolong ‘anak muda’ ini rajin kesana kemari membangun jejaring. Mulai sering melupakan olahraga kegemarannya karena waktunya tersita banyak di kampus dan di ‘warung’nya. Ramah dan murah senyum. Tak segan memanggil Kakak pada seniornya walaupun secara organisasi adalah ‘bawahannya’. Tapi jangan salah sangka dia bisa jadi sangat tegas. Dedikasinya pada FKG tak diragukan meski harus kehilangan beberapa lembaran warna hitam di bagian atas tubuhnya akhir-akhir ini. Selalu mendorong kekompakan di lingkungan struktural fakultasnya, dan mungkin itulah yang menyebabkan “jajaran’nya kompak termasuk mulai dari wakil dekan hingga KTU nya punya riwayat penyakit yang sama….. Hehehe….

Tentu saja apa yang dicapainya juga hasil kerja para Dekan, pimpinan dan sivitas akademika FKG sebelumnya. Kita harus memberikan apresiasi pada para dekan pada masanya masing-masing mulai dari drg. Halimah Dg. Sikati; Prof. drg. M. Hatta Hasan, PhD.; drg. M. Amin Kansi, PhD.; Prof. drg. M. Dharmautama, PhD.; Prof. drg. Mansjur Nasir, PhD; dan Prof. Dr. drg. Bahruddin Thalib, yang tentunya punya kontribusi yang berbeda namun sama pentingnya untuk kemajuan FKG dulu hingga kini. FKG dikagumi dan berprestasi karena mereka semua. Tentu mereka semua dengan segenap hati merayakan kegembiraan dan kelegaan telah mengantar FKG menelorkan dokter gigi terbaik untuk negeri ini dan dunia. Sebuah pencapaian muncul dari setahap demi setahap perjalanan panjang yang secara konsisten terus digelorakan dengan karya nyata.

Pun tak mungkin kita bantah, bagaimana kiprah para alumni FKG Unhas membawa kebesaran panji-panji almamater. Tak terhitung alumninya yang telah berprestasi di bidangnya masing-masing. Merekalah sesungguhnya yang menjadi duta FKG dalam mengharumkan nama besar Unhas. Kenangan akan kampus Baraya dan Tamalanrea menjadi pengikat rasa KEUNHASAN dalam mengabdi untuk bangsa dan kemanusiaan.

22 Februari 2020, Fakultas Kedokteran Gigi Unhas mencapai usia 37 tahun. Puncak perayaannya pun telah dilakukan Sabtu (22/02). Usia yang sedang dalam puncak semangat dan menuju pada kategori matang. Sumbangsih pada pengetahuan dan kemanusiaan yang dilakoni tetap berprinsip tak pernah mengenal umur. Cita-cita mulia menjadi pusat pendidikan dan riset kedokteran gigi yang inovatif dan proaktif dengan jiwa maritim adalah semangat yang tak pernah padam.

Selamat Dies Natalis ke-37 FKG Unhas. Dental inovatif dan profesional adalah ciri utamamu. Konektivitas adalah semangat pengabdianmu. Paradigma sehat, pembangunan dan jaminan kesehatan adalah pilar utama tanggungjawabmu. Kerja sosial menjadi tumpuan arti kehadiranmu. Menjaga citra alamamater adalah komitmenmu. Salah satu penggerak utama Unhas mewujudkan Humaniversity.

#Unhas
#Communiversity
#Humaniversity
#CatchWCU

Skip to content