Universitas Hasanuddin melalui Pusat Manajemen Risiko (PMR) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pemahaman Sistem Manajemen Risiko Gelombang VI, yang berlangsung selama dua hari di Aula A Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMPP), Kamis (18/9).
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 30 peserta yang merupakan perwakilan dari unit kerja fakultas dan lingkup rektorat di Unhas.
Kepala Pusat Manajemen Risiko Unhas, Prof. Dr. Musran Munizu, SE., M.Si., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya membangun tata kelola perguruan tinggi yang semakin baik melalui penerapan pendekatan berbasis risiko.
“Bimtek ini merupakan gelombang keenam yang kami selenggarakan. Tahun lalu kami mulai mengadakan Bimtek, dan pada tahun 2024 telah dilaksanakan lima gelombang. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan manajemen risiko kepada para risk owners dan risk officers di setiap unit kerja, baik di fakultas, lingkup rektorat, maupun unit penunjang lainnya,” jelas Prof. Musran.
Ia menekankan bahwa seluruh dokumen perencanaan di Unhas, seperti Rencana Strategis (Renstra) maupun Rancangan Anggaran Tahunan, kini telah berbasis risiko. Dengan demikian, setiap aktivitas atau program kerja di unit-unit harus terlebih dahulu dinilai tingkat risikonya.
“Ini penting agar target yang ditetapkan tidak meleset jauh dari rencana. Pusat Manajemen Risiko menjadi organ penunjang non-akademik yang secara strategis bertanggung jawab mendukung terciptanya tata kelola yang baik. Risk owners dan risk officers perlu memahami apa itu manajemen risiko agar bisa menyusun program kerja yang berbasis risiko,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof. Musran menyebut bahwa tujuan akhir dari kegiatan ini adalah menumbuhkan budaya sadar risiko di lingkungan Unhas.
“Setiap aktivitas pasti memiliki potensi risiko. Dari berbagai studi yang kami lakukan, Unhas menjadi universitas ketiga di Indonesia yang memiliki unit manajemen risiko tersendiri setelah Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Di kampus lain, fungsi ini masih berada di bawah direktorat, belum berdiri sebagai unit mandiri,” ungkapnya.
Unhas saat ini mengimplementasikan konsep Three Lines of Defense (3LD) dalam tata kelola organisasi, yang terdiri dari eksekutif, Pusat Manajemen Risiko, serta Satuan Pengawasan Internal (SPI).
“Ini menjadi bukti bahwa pimpinan Unhas benar-benar memahami urgensi manajemen risiko. Sejak tahun 2023, universitas menggagas agar ada organ khusus yang bertanggung jawab dalam manajemen risiko,” tutur Prof. Musran.
Ia menutup dengan harapan agar kesadaran akan manajemen risiko dapat terus tumbuh di seluruh unit kerja di Unhas.
“Kita sudah bisa berbagi pengalaman dengan UI dan IPB. Setiap aktivitas perlu diuji risikonya dan disiapkan strategi mitigasinya. Namun yang paling penting, kami ingin menumbuhkan budaya sadar risiko seperti halnya kesadaran terhadap kualitas dan mutu. Manajemen risiko ini berbasis pada standar ISO 31000:2018,” jelasnya
Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh unit kerja di Universitas Hasanuddin dapat semakin memahami pentingnya manajemen risiko serta menerapkannya dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan program kerja. (*/dhs)
Editor : Ishaq Rahman

