Berita Terbaru

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Webinar Diaspora Series 16: Pascasarjana Unhas Bahas Ekologi Cetacea

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Webinar Diaspora Series ke-16 dengan tema “Introduction to Cetacean Ecology and Conservation”. Kegiatan yang menghadirkan Dr. Putu Liza Kusuma Mustika (Dosen Peneliti, James Cook University) sebagai narasumber berlangsung mulai pukul 09.00 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Senin (27/09).

Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., menjelaskan kegiatan ini merupakan salah satu forum ilmiah pengembangan ilmu pengetahuan dan berdiskusi tentang peran manusia dalam menjaga ekologi laut.

Kegiatan resmi dibuka oleh Direktur Kemitraan Unhas Dr. Mahatma, S.T., M.Sc. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini terlaksana selain sebagai wadah pengembangan keilmuan, juga salah satu langkah strategis memperluas dan membangun kemitraan untuk mendukung capaian Unhas dalam WCU.

Lebih lanjut, Mahatma menambahkan webinar diaspora merupakan program WCU Unhas, dimana setiap fakultas terlibat, menghadirkan para diaspora sesuai kajian ilmu masing-masing. Dengan kegiatan ini, diharapkan menjadi pintu mempertemukan para ilmuan Indonesia yang berkiprah di dunia internasional untuk saling mengenal dan berkolaborasi.

Dalam presentasinya, Dr. Liza menjelaskan secara biologis, Cetacea adalah nama infraordo dalam kelas Mamalia. Semua Cetacea adalah mamalia laut tanpa tungkai belakang dan bergerak dengan mengandalkan pergerakan ekor secara vertikal, meliputi semua jenis paus dan lumba-lumba, termasuk pesut, porpoise, dan paus berparuh (beaked whales), yang tinggal di perairan laut, payau, atau air tawar.

Dulunya, Cetacea adalah nama ordo (Ordo Cetacea). Cetacea adalah bagian dari Ordo Cetartiodactyla, yang mencakup juga kuda nil. Secara morfologis, Cetacea dipisahkan menjadi dua kategori yakni Odontoceti (Paus Bergigi), memiliki satu lubang hidung dan memiliki gigi, tidak punya sikat atau balin seperti paus sikat/baleen whales. Selain itu, juga dikenal Mysticeti (Paus Baleen, bersikat).

Pada saat ini, ada beberapa faktor yang mengancam habitat Cetacea seperti perubahan habitat (terutama untuk lumba-lumba air tawar), sampah padat, kegiatan migas dan pertahanan maritim, hingga polusi air dan sampah plastik.

“Peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk melindungi habitat Cetacea. Banyak kasus kematian yang disebabkan oleh sampah plastik, olehnya itu sebisa mungkin kita ambil bagian untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. Masih banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk keterlibatan melindungi habitat Cetacea,” jelas Dr. Liza.

Pada umumnya, tubuh spesies Cetacea ramping dan memanjang. Tungkai depan disebut sirip samping (Flipper). Terdapat sirip di bagian punggung di semua spesies Cetacea. Spesies yang memiliki sirip punggung dengan ukuran terbesar adalah paus pembunuh (Orcinus Orca), mencapai setinggi 1.8 meter.

Semua spesies memiliki lapisan lemak dengan ketebalan maksimal 60 cm, tidak memiliki leher, tidak berdaun telinga, tidak berambut (kecuali bayi dari beberapa spesies), tidak memiliki kelenjar keringat dan memiliki ekor yang bercagak sebagai penggerak.

Kegiatan yang dipandu oleh Dr. Nadiarti Nurdin, M.Sc., (Ketua Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan) selaku moderator diikuti kurang lebih 200 peserta berlangsung lancar hingga pukul 11.00 Wita. (*/mir)

Editor : Ishaq Rahman, AMIPR

Berita terkait :

Share berita :

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email

This post is also available in: Indonesia English

Skip to content