Bagi orangtua yang mata anaknya juling, tidak perlu berkecil hati lagi. Saat ini, Pusat Pelayanan Kesehatan (Puspelkes) Mata Anak telah hadir di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Rektor Unhas Prof.Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengharapkan agar fasilitas yang telah ada RS. Unhas ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat luas, khususnya yang berada di Indonesia Timur.
“Melihat fasilitas yang ada, kita terbaiklah. Karena itu, fasilitas ini harus dimanfaatkan dengan baik,” harap Dwia ketika meninjau Pupelkes ini, akhir pekan lalu.
Menurut Koordinator Puspelkes Mata Anak dr. Marliyanti N. Akib, Sp.M(K), M.Kes, Puspelkes yang menangani khusus mata anak di Indonesia baru ada dua, yakni di RS. Unhas dan RS. Mata Cicendo Bandung. Namun, jika dibandingkan keduanya, RS. Unhas masih lebih unggul.
“Kelebihan Pupelkes Mata Anak di RS. Unhas karena konsepnya child friendly dan disability friendly alias pelayanan yang sangat bersahabat kepada anak dan penderita disabilitas sehingga membuat anak-anak dan penyandang disabilitas merasa lebih nyaman,” jelas Marliyanti.
Suasana pelayanan yang sangat bersahabat itu sangat terasa jika berkunjung ke RS. Unhas Lt.3. Suasana di Puspelkes ini terasa kita bukan di rumah sakit. “Ini bukan rumah sakit, tetapi lebih mirip play group suasananya,” kata seorang pengunjung. Selain menyediakan berbagai fasilitas kesehatan mata anak, juga di setiap ruangannya dijumpai sarana bermain dengan dinding berwarna-warni dengan beberapa item kartun.
Puspelkes ini, lanjut Marliyanti, menyediakan 4 jenis layanan utama, yaitu: (1) Konsultasi dokter subspesialis mata anak; (2) Layanan kelainan refraksi mata anak (optometri); (3) Layanan mata juling (ortoptik); (4) Low Vision atau layanan rehabilitasi penglihatan bagi penyandang disabilitas keterbatasan penglihatan. “Proses penyembauhan dilakukan melalui metode therapy, konseling, dan pengajaran. Tergantung jenis penyakit yang diderita,” kata Koordinator Puspelkes Mata Anak ini.
Pengadaan Puspelkes Mata Anak yang didanai ORBIS International ini, menurut Marliyanti, didasari banyaknya kasus (sekitar 20%) penyakit mata anak berujung pada kebutaan karena terlambat ditangani atau terbatasnya fasilitas di rumah sakit. Padahal, kebutaan tersebut dapat dihindari jika cepat dideteksi dan ditangani secara dini. Dari pengalaman dokter spesialis mata anak ini, selama ini penyakit mata anak yang paling sering ia jumpai adalah kelainan refraksi (butuh kacamata), katarak, mata merah, glaukoma, dan retinopati prematuritus pada bayi prematur.
Rektor Unhas mengharapkan, hadirnya fasilitas baru di RS. Unhas ini dapat membantu menurunkan angka kebutaan pada anak dan merupakan pusat pelayanan terbaik dengan SDM yang berkualitas melalui pengobatan dan penggunaan peralatan terkini. (Humas Unhas)