Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., hadir dalam kegiatan dialog kebijakan yang diselenggarakan oleh The Australia-Indonesia Centre (AIC). Dialog yang membahas beberapa agenda mengenai transportasi, komoditas, dan peluang masyarakat yang tinggal disepanjang jalur Kereta api Makassar-Parepare berlangsung di Hotel Melia, Makassar, Rabu (05/02).
Turut hadir Konsul Jenderal Australia di Makassar (Richard Mathews), Penasehat Bidang Ekonomi dan Investasi Menteri Perhubungan Republik Indonesia (Prof. Wihana Kirana Jaya), Tim Percepatan Pembangunan Sulawesi Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, wakil Pemerintah Australia, serta para peneliti dari Indonesia dan Australia yang tergabung dalam Partnership of Australia – Indonesia Research (PAIR).
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengatakan bahwa AIC secara reguler memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Australia dalam berbagai aspek pengembangan seperti aspek ekonomi, industri maupun hubungan antara akademisi.
PAIR merupakan program yang mencoba menghubungkan antara peneliti Indonesia dan Australia dalam menjawab berbagai persoalan pembangunan. Saat ini, PAIR tengah berfokus pada pembangunan jalur Kereta Api Makassar-Parepare.
“Ini merupakan isu strategis, pembangunan kereta api seyogyanya melibatkan semua sektor. Kereta api bagi masyarakat Sulsel bukanlah transportasi yang sering digunakan, sehingga keinginan besar dari masyarakat belum terlihat dalam upaya pengembangan jalur transportasi tersebut,” jelas Prof Dwia.
Diakhir sambutannya, Prof Dwia percaya bahwa kegiatan ini akan menghasilkan pemikiran strategis dari berbagai disiplin ilmu dan bisa dijadikan rujukan dalam upaya pengembangan percepatan pembangunan di Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan yang sama, Richard Mathews selaku Konsul Jenderal Australia di Makassar mengatakan bahwa program PAIR yang melibatkan akademisi dan pemerintah merupakan salah satu rujukan dalam menyusun kebijakan. Menurut Mathews, kebijakan yang bermutu dan berkualitas akan mempengaruhi hasil pembangunan yang berkualitas. Dalam menyusun kebijakan, dibutuhkan data dan informasi yang tepat, akurat, dan seimbang serta melibatkan akademisi dan masyarakat.
“Membuat kebijakan berarti kita sedang menetapkan standar. Kolaborasi akademisi dan pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk membuat kebijakan yang berkualitas dan bermutu. Para peneliti mempunyai peran dalam merekomendasikan arah kebijakan pemerintah yang netral dan seimbang,” jelas Mathews.
Konsul Jenderal Australia juga berharap program ini akan membantu meningkatkan SDM para peneliti dan membantu masyarakat untuk menyadari pentingnya perumusan kebijakan berdasarkan data. Program kerja sama ini diharapkan bisa membantu percepatan pembangunan di Sulawesi Selatan.
Eugene Sebastian sebagai Direktur Eksekutif AIC menerangkan bahwa kegiatan dialog hari ini memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk mendengarkan saran dan masukan dari berbagai elemen yang terlibat dalam program PAIR tersebut.
“Dari hasil dialog ini, kita akan mulai pengembangan proyek riset bersama yang dipusatkan di daerah jalur kereta api Makassar-Parepare, dan mengeksplorasi bagaimana jalur kereta api tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” jelas Sebastian.
Usai pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan pemaparan materi dari beberapa narasumber dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kegiatan yang menghadirkan kurang lebih 80 peserta dari delegasi peneliti Indonesia dan Australia, Pemerintah, dan Tim Percepatan Pembangunan Sulsel berlangsung hingga pukul 16.00 Wita.(*)
Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., hadir dalam kegiatan dialog kebijakan yang diselenggarakan oleh The Australia-Indonesia Centre (AIC). Dialog yang membahas beberapa agenda mengenai transportasi, komoditas, dan peluang masyarakat yang tinggal disepanjang jalur Kereta api Makassar-Parepare berlangsung di Hotel Melia, Makassar, Rabu (05/02).
Turut hadir Konsul Jenderal Australia di Makassar (Richard Mathews), Penasehat Bidang Ekonomi dan Investasi Menteri Perhubungan Republik Indonesia (Prof. Wihana Kirana Jaya), Tim Percepatan Pembangunan Sulawesi Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, wakil Pemerintah Australia, serta para peneliti dari Indonesia dan Australia yang tergabung dalam Partnership of Australia – Indonesia Research (PAIR).
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengatakan bahwa AIC secara reguler memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Australia dalam berbagai aspek pengembangan seperti aspek ekonomi, industri maupun hubungan antara akademisi.
PAIR merupakan program yang mencoba menghubungkan antara peneliti Indonesia dan Australia dalam menjawab berbagai persoalan pembangunan. Saat ini, PAIR tengah berfokus pada pembangunan jalur Kereta Api Makassar-Parepare.
“Ini merupakan isu strategis, pembangunan kereta api seyogyanya melibatkan semua sektor. Kereta api bagi masyarakat Sulsel bukanlah transportasi yang sering digunakan, sehingga keinginan besar dari masyarakat belum terlihat dalam upaya pengembangan jalur transportasi tersebut,” jelas Prof Dwia.
Diakhir sambutannya, Prof Dwia percaya bahwa kegiatan ini akan menghasilkan pemikiran strategis dari berbagai disiplin ilmu dan bisa dijadikan rujukan dalam upaya pengembangan percepatan pembangunan di Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan yang sama, Richard Mathews selaku Konsul Jenderal Australia di Makassar mengatakan bahwa program PAIR yang melibatkan akademisi dan pemerintah merupakan salah satu rujukan dalam menyusun kebijakan. Menurut Mathews, kebijakan yang bermutu dan berkualitas akan mempengaruhi hasil pembangunan yang berkualitas. Dalam menyusun kebijakan, dibutuhkan data dan informasi yang tepat, akurat, dan seimbang serta melibatkan akademisi dan masyarakat.
“Membuat kebijakan berarti kita sedang menetapkan standar. Kolaborasi akademisi dan pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk membuat kebijakan yang berkualitas dan bermutu. Para peneliti mempunyai peran dalam merekomendasikan arah kebijakan pemerintah yang netral dan seimbang,” jelas Mathews.
Konsul Jenderal Australia juga berharap program ini akan membantu meningkatkan SDM para peneliti dan membantu masyarakat untuk menyadari pentingnya perumusan kebijakan berdasarkan data. Program kerja sama ini diharapkan bisa membantu percepatan pembangunan di Sulawesi Selatan.
Eugene Sebastian sebagai Direktur Eksekutif AIC menerangkan bahwa kegiatan dialog hari ini memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk mendengarkan saran dan masukan dari berbagai elemen yang terlibat dalam program PAIR tersebut.
“Dari hasil dialog ini, kita akan mulai pengembangan proyek riset bersama yang dipusatkan di daerah jalur kereta api Makassar-Parepare, dan mengeksplorasi bagaimana jalur kereta api tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” jelas Sebastian.
Usai pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan pemaparan materi dari beberapa narasumber dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kegiatan yang menghadirkan kurang lebih 80 peserta dari delegasi peneliti Indonesia dan Australia, Pemerintah, dan Tim Percepatan Pembangunan Sulsel berlangsung hingga pukul 16.00 Wita.(*)
Editor : Ishaq Rahman, AMIPR