Universitas Hasanuddin melalui Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) secara resmi meluncurkan produk Aplikasi Kenal Ikan Kerapu Kakap (AKI K2) yang berlangsung di Hotel Gammara, Rabu (14/12/22).
Selaku ketua tim inventor pembuatan AKI K2., Dr. Nadiarti Nurdin (Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan Unhas) menjelaskan bahwa hasil temuannya bersama tim ini dapat memudahkan pendataan jenis kerapu kakap termasuk estimasi ukuran panjang dan bobot ikan dan sudah siap digunakan untuk mendeteksi 18 jenis kerapu kakap dari 80 spesies.
Doktor bidang Ekologi dan Pengelolaan Sumberdaya Perairan ini mengklaim temuannya merupakan aplikasi pertama yang mampu merekognisi ikan kerapu kakap berbasis spesies. Aplikasi AKI K2 bermanfaat bagi pendata perikanan, pelaku usaha perikanan dan peneliti kerapu kakap.
Lebih lanjut, Nadiarti menjelaskan bahwa penelitian yang mereka lakukan merupakan Program Kedaireka Matching Fund Tahun 2022 dengan melibatkan beberapa peneliti di Unhas dan Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Ketua Departemen Teknik Informatika Fakultas Teknik Unhas Dr. Indrabayu, ST., MT MBusSys., sekaligus salah satu anggota tim inventor ini menjelaskan, ke depannya, aplikasi tersebut akan disempurnakan dengan memuat data lengkap 80 spesies ikan kerapu dan kakap, yang saat ini baru ada sebanyak18 jenis ikan kakap kerapu yang bisa diakses datanya.
“Selain bisa mendata spesies dan bobot ikan, aplikasi ini nantinya bisa digunakan untuk mendeteksi tingkat kesegaran ikan. Ini agak berat, tapi kami akan menyempurnakannya, dan beberapa hari ke depan aplikasi AKI K2 ini sudah dapat diakses melalui play store, dan saat ini sedang dalam proses review oleh Google,” jelas Dr. Indrabayu.
Dalam kesempatan tersebut, mewakili Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas, hadir Direktur Inkubasi Bisnis Teknologi dan Science Techno Park Unhas, Prof.Dr.Ir. Abu Bakar Tawali. Dirinya menyampaikan harapan dengan diluncurkannya AKI K2 ini untuk dapat memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat, khususnya bagi pengusaha hasil laut, dan peneliti untuk mendapatkan data akurat tentang ikan kerapu dan kakap.
‘’Saya sangat mengapresiasi hasil kerja teman-teman inventor dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Teknik, Fakultas MIPA Unhas, dan UMI yang telah berkolaborasi menghasilkan karya terbaik. Saya juga berterima kasih kepada mitra peneliti Kedaireka Kemendikbud yang telah memberi dukungan finansial,’’ jelas Prof. Abu Bakar.
Saat ini Unhas terus mendorong dosen dan inventor untuk menghasilkan penelitian yang dapat langsung digunakan masyarakat yang bernilai ekonomi dan sosial, sehingga diharapkan hasil penilitian dosen tidak hanya hanya menghiasi publikasi dan jurnal ilmiah.
Menurut Abu Bakar, rata-rata penelitian terapan Unhas masih pada Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 5-6 dari skala tingkat kesiapan terknologi 1-9. Abu bakar juga mengakui salah satu kendala yang dihadapi para inventor atau peneliti Unhas untuk menghasilkan penelitian berkualitas dan siap diaplikasikan ke masyarakat dan industri adalah karena kurangnya periset kolaborasi.
‘’Kebanyakan hasil penelitian dosen tidak matching dengan kebutuhan masyarakat, industri dan pasar. Apalagi kondisi Sulsel yang industri besarnya sangat kurang, yang ada hanya pegusaha dan pedagang, jadi susah mendapatkan mitra untuk memproduksi hasil penelitian, Padahal hasil dari riset kolaborasi sangat baik karena melibatkan beberapa ahli di berbagai bidang, sehingga hasil penelitian yang dihasilkan lebih sempurna.” jelas Prof. Abu Bakar.
Saat ini Unhas telah mengantongi sebanyak 120 paten penelitian. Namun jumlahnya bisa dihitung jari yang bisa diaplikasikan ke masyarakat. Rata-rata hasil penilitian dosen Unhas hanya berakhir di publikasi ilmiah, jurnal, dan ruang-ruang seminar. (*/fikp)
Editor: Supratman
